Mudahnya Bagi-Mu Tuhan...

Tuhan...luar biasa rasa terharu dan sukacita ini membuncah// Betapa tangis benar-benar ingin meledak lewat mataku// Aku sering menghempaskan/aku sering menangkis kasih-Mu// Tapi bagaimana aku bisa tersadar// Selain magis rumah-Mu/ yang selalu memukauku?//

Tuhan...harusnya aku mengatupkan tanganku di rumah-Mu// Apakah sekali ini boleh/ untuk mengangkat tangan canggungku meraih-Mu?// Jangan biarkan tanganku terlalu lama menggantung// Sambutlah dengan genggaman, tolong// Tuntun aku menuju altar-Mu// Menyembah tanpa menyentuh hati kudus-Mu/ apalah artinya// Memanggil nama-Mu tanpa menemukan-Mu apakah kegenapanku?//


Aku menyambut-Mu di lajur rumah-Mu// Amin!! Dan aku bergeser ke samping// Lalu seorang anak kecil berlarian dari arah belakang/ Mendesak-menyenggolku-tanpa peduli// Ia berlari dan hanya berlari dengan pandangan lurus ke depan// Seolah ada sebuah cahaya yang sedang dibagikan di Altar // Bukan!! Bukan telur paskah kali ini// Ia menyongsong Altar yang telah ditunggui oleh imam// Wajah berseri dengan bola mata bening// Kilatan cahaya yang ia cari terpancar di wajahnya/ Aku benar-benar ingin menangis// Segitu mudahnya aku menjadi kekanakan-terpukau-menangis-dibuat oleh-Mu// Lewat anak kecil itu engkau menamparku agar tersadar/ kemana aku selama ini?// Ada yang berlomba-lomba mendapati-Mu/ Tapi aku jadi bebal karena ketidakpekaanku// Tuhan...jangan lagi izinkan aku pergi// Aku sangat senang bermain di rumah-Mu// Aku ingin menjadi seperti kanak-kanak itu// Mendapati-Mu seperti kembang gula super spesial// Aku tidak lagi ingin peduli yang lain melebihi engkau// Jadilah kehendak-Mu di dalam aku//