Hidup itu pilihan bagiku. Bukan
ikut-ikutan kata orang bijak. Aku bukan orang yang bisa menerima mentah-mentah,
bagiku pepatah itu punya kelanjutan, penjelasan, dan improvisasinya sendiri di
hidupku.
Dari situlah ini dimulai, ya,
pilihan. Bahagia atau menyedihkan, tertutup atau terbuka, melihat atau menutup
mata, mendengar atau menutup telinga, termasuk memilih atau tidak punya
pilihan.
Tidak semua orang menangkap
pilihan yang terbaik dalam waktu yang bersamaan. Sering kita lupa (dan kemudian
menyalahkan orang lain) bahwa selain pilihan ada kesempatan, itulah saat kita
seolah tidak punya pilihan.