Alamak, bagaimana mungkin membuang sauh saat harus berlabuh (?)

Hidup berputar, dan berkesempatan bertemu dengan banyak orang|
Istimewa pula  kenal dekat denganmu|
Tapi seperti kataku|
"Orang-orang istimewa tak selalu dia yang membuatmu tersenyum,
orang-orang spesial bisa jadi dia yang paling sering membuat air mata menetes"|

Salahnya ketika semua menjadi dipaksakan tanpa pengertian|
Kacaunya, ketika kita ingin bersama dalam tujuan yang belum sama|
Pernah tidak kau berpikir demikian?|

Damai itu seperti apa ya?|
Seperti semua keinginanmu yang selalu ingin terkabul?|
Tidak!|
Seperti anggukan atas permintaanmu?|
Juga bukan!|
Seperti permohonan maaf mereka yang membuatmu tidak bahagia?|
Jangan!|

Damai itu bukankah ketika kita saling memahami dan memberi hati?|
Damai itu bukankah ketika  kita "saling" memaafkan dan menyayangi lagi?|
Damai itu bukankah senyum ikhlas dari hati yang mengalah?|
Atau seperti apa?|

Fatal ketika kita membuang sauh,
di saat kita harusnya berlabuh.|
Mengapa kita sering memaksakan hal-hal yang "ingin" bukan yang "butuh"?|

Tidakkah sebenarnya kita sama-sama jenuh dengan kesalahan?|
Banyak dan akan semakin banyak tanya ketika kita berjalan dalam keremangan|

Lama-lama aku berpikir untuk memilih menjauh, apa itu benar?|
Alamak, kita sedang termakan keegoisan.|

Ketika kau menginginkanku dengan cara yang membuatku jengah.|
Say bye bye saja ya seperti lagu Raisa|


Pagi :)


Pagi selalu menyimpan kisahnya masing-masing
Bunyi gerendel gembok dibuka
Bunyi anak kunci dan pintu yang didorong
Ditingkah suara kicau segala makhluk yang bisa berkicau

Pagi menyimpan kisahnya masing-masing
Ada yang berkelebat tentang kenangan masa lalu
Ada yang terngiang mimpi tadi malam
Ada pula yang berangan jauh tentang hari-hari yang melaju

Ada yang menghadapi hari dengan tergesa
Ada yang tak sadar mentari terbit
Ada yang masih mengerang dari balik selimut yang hangat
Ehem,,ada juga yang masih bercumbu tak mau lepas

Pagi menyimpan kisahnya
Lewat subuh ia didirikan
Lewat harapan ia berkembang
Lewat syafaat ia kokoh

Pagi dan sejuta kisahnya
Seperti pagi ini
Masih sejuk menyapu kulit
Masih ada kenangan tentangmu
Masih ada harapan bertemu
Masih ada harapan.



Salatiga,14 Mei 2013





Beku!!

Bahkan drama (baca: kisah) bisa paripurna tanpa kata, tanpa dialog. Semenarik apa verbal, tanpa non verbal pun dia akan hambar. Bisa juga benar bila konteksnya hubungan komunikasi. Bahasa tak selalu dimengerti. Bukan karena ia tak bisa dimengerti, tapi apakah manusia ingin memberi perhatian untuk mengerti. Kadang ada hal yang harus didinginkan dalam kisah hingga ia beku. Bila sesuatu beku ia sama seperti obat bius, penghilang rasa sakit. Kisah buruk bekukanlah ia hingga mati rasa, biar bukan sakit yang kau kenang.

Lebih baik beku J

HARU BARU




Dicabik haru
benci
bukan, bukan benci pagiku 
tapi gamang malam biru
sisa tadi malam?
ya, jawabku

Pagi baru
tetap haru
bukan jua haru biru
ini pagi baru
ini hari baru
ini haru baru
jangan diculik si malam biru
nanti dia jadi haru biru

Pagi
baru
malam
biru
HARU
malam haru biru
pagi haru baru

Bukan nafi
Hanya haru baru!


Pagi Salatiga

22 11 13

Pilih negatif atau positif

Orang yang benar-benar ingin keluar dari dirinya sendiri, justru akan menjadi baur dengan kebanyakan orang yang datang dengan konteks citra diri yang gamang. Ketika kita menilai sesuatu yang negatif dengan berlebihan secara terus menerus, kita akan mulai berpikir dengan cara-cara sesuatu yang negatif tersebut. Karena sesuatu yang dipikirkan dengan terus menerus berkemungkinan akan dikabulkan oleh semesta. Keinginan kita, harapan kita kadang terkabul dengan sebaliknya karena kita selalu berpikir dengan ketakutan dan kecurigaan kita. Hati-hati dengan pikiran! Bisa-bisa kita menarik hal yang bertolak belakang dengan tujuan baik kita. Mulai sekarang tinggal pilih. Mau jadi orang yang gamang atau yang mendapatkan hal-hal positif menjadi kenyataan. Kita sering tanpa kita sadari menginginkan sesuatu tapi tidak berusaha berjalan ke arah tujuan kita. Ini namanya salah fokus. Bisa jadi kita lebih fokus dengan ketakutan, hambatan dan sebagainya. Padahal akan lebih baik untuk fokus kepada tujuan kita yakni memikirkan dan mengusahakan yang positif, yang membahagiakan.

Kira-kira seorang penulis itu begini....

Bagi seorang penulis, ketika ia membaca sebuah tulisan yang bagus dan menarik, apalagi dari penulis-penulis lain yang senior, dia akan cepat terangsang untuk segera menulis pula, berbeda dengan seorang yang tidak memiliki ketertarikan dan bakat di situ, ia akan termangu bermenit-menit, entah mengerti entah tidak, paling keras ia kemudian akan mengopi kata-kata itu dan tidak belajar untuk menjadi copy master.

Mungkin juga ia akan segera menutup buku atau laman yang sedang ia baca tanpa peduli. Bila seorang yang memiliki ketertarikan menulis, ia akan berefleksi dengan apa yang ia baca bahkan dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Untuk kemudian menuangkannya dalam secangkir yang lebih abadi, dalam torehan yang merengkuh waktu.

¾   Salatiga, 14 Oktober 2013, setelah membaca twit Sudjiwotedjo

Tes Ketes Ketes

Di suatu sore yang menetes/
Dinginnya yang mak-nyes/
Kurapatkan tubuh biar lebih gress/
Balas didekap sampai lemes/
Dan kau makin tertawa gemes/
Tawa-tawa menggigil di luar yang apes/
Tak kuhiraukan, aku tak mau berakhir ngenes/
Biar balas membalas di balik selimut panes/
disodori lagi cubitan cubitan gress/
gemes gemes gemes!!!/
Menetes di sore yang nyes./
Jangan mlipir pikiran ngeres/
Ini cuma suatu sore yang ketes ketes.//

Salatiga
17 November 2013
Hujan mulai jatuh di luar..
Aku tutup terali 
takut angin kencang 
takut ia mengguyur cinta yang kusimpan 
sampai kedatanganmu. 
Semuanya masih indah kekasih. 
Dimana pun kau berada. 
Aku tahu kau akan kembali kepadaku, 
cepat atau lambat. 
:)