Di
padang kembara tak bertuan/
Kau
tumpuk segunduk kayu bakar penghancur masa lalu/
Berulang
kau bergumam sumpah serapah/
sambil
memantik korek/
Aku
menyimak/
Setengah
berlari di antara ilalang dan kerikil/
Tepat
kudapati pundakmu dalam telapak tanganku/
Tegar/
Kau!!/
Tak
bergetar apalagi gentar/
Kau
tak peduli atau tak bisa rasakan
sentuhanku
beradu dengan tubuhmu?/
Entah/
Entah
mengapa beraninya-
seorang
sepertimu-mengacuhkanku/
Sejurus
kemudian aku tertawa terbahak-bahak/
Harap
kau jengah dan menatapku/
Apimu
tak kunjung nyala/
Kepada
apakah kau ingin
masa
lalu itu terbakar?
Kepada
siapakah kau ingin katakan
masa
lalu itu lenyap di tumpukan kayu bakar
yang
tak kunjung merah?/
Aku
pun bukan orangnya!/
Pemantiknya
saja menertawakanmu!!/
Membaca
maya dan sedikit pukau tipumu/
Aku
tak akan lama terjebak/
bahkan
tak akan pernah terjebak, karenamu/
karena
masa lalu yang pura-pura kau lenyapkan/